Denpasar-Bali, TIMME–Komandan Korem (Danrem) 163/Wira Satya Brigjen TNI Husein Sagaf, S.H., menjadi salah satu nara sumber untuk memberikan wawasan kepada Mahasiswa Baru Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha Denpasar, Jumat (11/09/2020) pekan kemarin dalam kegiatan yang dikemas secara virtual atau webinar.
Pemberian pembekalan atau wawasan oleh Danrem 163/Wira Satya kali ini dalam rangka kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha Tahun Akademik 2020/2021 yang mengusung tema “Mewujudkan Generasi Pharmalist Yang Aktif Dan Kreatif Di Era Revolusi Industri 4.0″.
Pada kesempatan ini Danrem 163/Wira Satya menyampaikan materi dengan topik ” Strategi Bela Negara Generasi Milenial Untuk Mempertahankan Integritas Nasional Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.00″. Dari materi yang disampaikan oleh Danrem 163/Wira Satya ada tiga point penting yang digarisbawahi yaitu bela negara, generasi milenial dan revolusi industri 4.0
Bicara bela negara merupakan sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
“Dalam hal ini setiap warga negara termasuk generasi muda mahasiswa harus memahami sejarah dan dasar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD Negara RI 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”, sebut Danrem.
Lanjutnya, apabila kita sudah memahami sejarah bangsa dengan baik dan benar maka akan menumbuhkan kecintaan kita kepada NKRI, bangga kepada NKRI, kemudian karena kecintaan dan kebanggaan itu pula akan menumbuhkan semangat berani berkorban untuk membela keutuhan NKRI.
Dasar kita sebagai warga negara untuk memiliki hak dan kewajiban dalam upaya bela negara dan upaya pertahanan keamanan diatur dalam Pasal 27 dan Pasal 30 ayat 1 UUD Negara Republik Indonesia 1945.
“Untuk kepentingan menjaga eksistensi kedaulatan negara, maka bela negara diatur dalam sebuah perundang-undangan suatu negara, tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen bangsa, termasuk TNI sebagai komponen utama dalam bela negara”, papar Danrem.
Bela negara dalam konteks bangsa kita adalah sebagai hak dan kewajiban yang didasarkan pada profesi yang kita miliki saat ini. Apapun profesi yang dimiliki dan digeluti itulah yang dapat kita wujudkan dengan sebaik-baiknya dalam penyelenggara bela negara. Untuk mewujudkannya dapat diimplementasikan dalam adanya pendidikan kewarganegaraan, ada pelatihan dasar wajib militer, kemudian dapat bergabung menjadi anggota TNI serta pengabdian sesuai profesi masing-masing.
Jenderal Bintang Satu ini juga menekankan perbedaan antara bela negara dan wajib militer sehingga hal ini harus dipahami oleh setia warga negara termasuk para generasi muda.
Bela negara sebagaimana dikatakan merupakan hak dan kewajiban yang dilakukan setiap warga negara karena kecintaan serta kebanggan kepada bangsa dan negara yang tumbuh karena cinta tanah air, kesadaran berbangsa bernegara, yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara dan rela berkorban. Bela negara tidak memiliki konteks untuk berperang. Sementara wajib militer yang banyak diterapkan di negara lain seperti di Amerika Serikat, Tiongkok, Korea Selatan, Iran ataupun Singapura dimana warga negaranya memang dilatihkan dasar militer dalam rangka menghadapi situasi perang atau terjadinya konfrontasi dengan negara lain.
“Ini yang harus dipahami oleh setiap warga negara, apa itu bela negara dan apa yang dimaksudkan wajib militer”, pinta Danrem.
Beberapa yang menjadi ancaman terhadap kesadaran bela negara antara lain radikalisme, Narkoba, proxy war atau perang modern dan yang terkini kita secara global lagi serius menghadapi Pandemi COVID-19 serta berbagai ancaman lain yang setiap saat berpotensi mengancam keutuhan NKRI.
Terkait generasi milenial merupakan generasi yang hidup di era perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, penerapan teknologi informasi telah merubah dunia analog menjadi dunia digital ditandai meningkatnya konektifitas melalui jalur inter dan antar jaringan (net) generasi yang berusia antara 18-38 tahun dalam hidupnya sebagian besar bersosialisasi lewat internet atau dalam jaringan (Daring)
“Generasi milenial itu tahun kelahirannya antara tahun 1980-2000, berusia antara 18-38 tahun dan ketergantungan dengan internet dan pengguna media sosial”, sebut Danrem.
Generasi milenial adalah mereka yang dekat dengan media sosial, kreatif, efisien, fashionable, produktif, dinamis ingin serba cepat, open minded, kritis dan berani.
Hal terkait Revolusi Industri 4.0, Danrem 163/Wira Satya memberikan gambaran perjalanan era Revolusi Industri yaitu Revolusi Industri 1.0 yaitu proses yang dimulai dengan ditemukannya mesin uap dalam proses produksi barang. Revolusi Industri 2.0 terjadi di awal Abad 20 yang dipicu oleh ban berjalan atau alat transportasi dan listrik. Revolusi Industry 3.0 dimana abad industri pelan-pelan berakhir dengan dimulainya abad informasi dimana telah digunakan komputerisasi. Kemudian Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena yang mengkolaborasikan teknologi cyber dan teknologi otomatisasi.
Menyikapi perjalanan Revolusi Industri sampai pada saat ini kita ada pada Revolusi Industri 4.0 maka karakter sumber daya manusia yang diperlukan di era ini atau di era new normal ini antara lain skill (keterampilan) yang meliputi penguasaan teknologi, penguasaan software dan kemampuan berbahasa asing utamanya Bahasa Inggris. Kemudian SDM nya harus memiliki attitude yang meliputi bela negara, kerja keras, ulet pantang menyerah dan mempunyai kemauan belajar sepanjang hayat. Hal ketiga yaitu SDM nya harus berpengetahuan dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secara khusus kepada para mahasiswa maka sumber daya manusia yang diharapkan yaitu pertama memiliki kualitas karakter bagaimana mahasiswa dapat beradaptasi pada lingkungan yang dinamis. Kedua mempunyai literasi dasar yaitu bagaimana mahasiswa menerapkan keterampilan dasar sehari-hari. Ketiga mempunyai kompetensi bagaimana mahasiswa dengan kemampuan kompetensi yang dimiliki bagaimana untuk memecahkan masalah termasuk yang bersifat kompleks.
Dari apa yang dijelaskan oleh Danrem 163/Wira Satya dalam webinar tersebut mendapatkan tanggapan positif dalam bentuk pertanyaan dan saran dari beberapa mahasiswa yang cukup kritis menyikapi tiga hal penting terkait bela negara, generasi milenial dan Revolusi Industri 4.0.
Pada dasarnya mengawali dari semuanya Brigjen Husein Sagaf meminta semua generasi bangsa termasuk mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa untuk memahami identitas bangsa mulai dari Pancasila sebagai ideologi bangsa, UUD Negara Republik Indonesia 1945 sebagai konstitusi negara, kemudian kehidupan yang Berbhinneka Tunggal Ika dan bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bagi Danrem memang generasi milenial tidak mengalami langsung sejarah perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan dan mempertahankannya dari kaum penjajah, namun saat ini generasi milenial mempunyai kesempatan langsung yang lebih leluasa dalam mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan sangat berpengaruh terhadap pola pikir termasuk dalam menyikapi implementasi bela negara.
“Implementasi bela negara disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada dalam upaya mewujudkan integritas nasional. Lebih-lebih pada era Revolusi Industri 4.0 banyak dampak positif yang dirasakan dan tidak sedikit pula yang menyesatkan akibat ulah manusia yang bersifat apatis dan destruktif”, pungkas Danrem.
Pihak Kampus Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha melalui Ketuanya apt. Kadek Duwi Cahyadi, M.S.I., mengucapkan terima kasih kepada Danrem 163/Wira Satya Brigjen TNI Husein Sagaf, S.H., yang telah memberikan wawasan kepada peserta Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha.
Tentunya ini sangat memberikan wawasan pengetahuan terkait strategi bela negara generasi milenial untuk mempertahankan integritas nasional dalam menghadapi revolusi Industri 4.0. (bgs)