Denpasar-Bali, Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau MPLS di sekolah menengah atas (SMA) ataupun sekolah menengah pertama (SMP) di wilayah Denpasar di mulai hari ini, Senin (15/07/2019) dengan berbagai kegiatan oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) masing masing.
Untuk SMA Negeri 2 Denpasar, kegiatan MPLS juga mulai dilaksanakan hari ini (15/07, red), salah satunya diisi dengan kegiatan wawasan kebangsaan oleh Dandim 1611/Badung dengan tema “Menjiwai Pancasila Dalam Rumah Indonesia”.
Dalam paparannya Letkol Inf Handoko Yudho Wibowo, S.E., menyampaikan, zaman dulu wilayah Nusantara ini memiliki raja-raja yang hebat di antaranya pada abad ke 7 berdirinya Kerajaan Sriwijaya, dengan masa kejayaannya pada tahun 812-824 Masehi yang dipimpin oleh Balaputradewa dengan wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa, Malaysia, Thailand, Kamboja dan Vietnam namun kehancurannya di akibatkan oleh pemberontakan yang terjadi di kerajaan dalam wilayah kekuasaannya yang dilakukan oleh Raja Colomandala dari negeri Melayu.
Selanjutnya pada tahun 1293 berdirilah Kerajaan Majapahit dan puncak kejayaannya pada pada tahun 1350-1389 Masehi yang dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk dengan Maha Patihnya Gajah Mada. Wilayah kekuasaannya meliputi seluruh Nusantara dan Asia Tenggara, namun kerajaan tersebut hancur akibat terjadinya perang saudara di dalam wilayah kekuasannya kerajaan itu sendiri yang dikenal dengan Perang Paregreg.
Dua kerajaan besar Nusantara yang sangat termasyur di jamannya tersebut, Sriwijaya dan Majapahit hancur karena selalu ribut sendiri tidak bisa bersatu. Setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit berdirilah kerajaan-kerajaan kecil yang tersebar di seluruh Nusantara.
Pada tahun 1512 bangsa Eropa masuk ke wilayah Nusantara untuk melakukan perdagangan di antaranya Bangsa Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda. Dalam perjalanannya mereka ingin menguasai wilayah Nusantara yang banyak menghasilkan rempah-rempah. Selanjutnya terjadilah perlawanan oleh raja-raja yang bersifat kedaerahan selama kurang lebih 300 tahun. Perlawanan kedaerahan pun terjadi yang dilakukan oleh Cut Nyak Dien, Sisingamangaraja dan Iman Bonjol di Sumatera, Pangeran Diponogoro di Jawa, Pangeran Antasari di Kalimantan, Sultan Hasanuddin di Sulawesi dan Patimura di Maluku. sedangkan di Bali Nusra dilakukan Patih Jelantik, NTB oleh Sultan Salahudin dan NTT oleh Izak Huru Doko. Namun semua perang atau perlawanan yang bersifat kedaerahan tersebut tidak berhasil mengusir penjajah dari wilayah Nusantara.
Hal tersebut membuat mata dan pikiran para pemuda-pemuda yang berada di wilayah Nusantara untuk bersatu dengan mendirikan organisasi kepemudaan yang bernama Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dikenal dengan kebangkitan nasional. Gerakan kebangkitan nasional ini adalah untuk mewujudkan kesepakatan jiwa dalam kebersamaan dalam persatuan dan dalam senasib seperjuangan sehingga melahirkan kesadaran dan tekad untuk bersatu. Hanya membutuhkan waktu 20 tahun saja maka lahirlah Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928.
Sumpah Pemuda diprakarsai oleh pemuda yang tergabung dalam organisasi kepemudaan, seperti Jong Sumatra Bond, Jong Java, Jong Celebes, Jong Ambon dan yang lainnya, dengan melahirkan tekad untuk berbangsa, bertanah air dan berbahasa satu yaitu “Indonesia”.
Lahirnya Sumpah Pemuda sebagai awal terwujudnya tekad perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah sehingga timbul semangat juang dengan Motto “Merdeka atau Mati”. Kebersamaan dalam perjuangan dan percaya pada kemampuan sendiri dan hanya dengan waktu 17 tahun Negara Republik Indonesia akhirnya diploklamirkan. Perjuangan yang bersifat nasional tersebut pada puncaknya melahirkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Atas berkat rahmat Allah kita mampu merebut kemerdekaan bumi pertiwi yang berdasarkan Pancasila.
Jika kita bersatu padu, bergotong royong, satukan tekad dan semangat, banyak hal yang bisa kita raih yaitu menghancurkan penjajah yang ratusan tahun telah menjajah kita dan meraih kemerdekaan sebagai jembatan emas menuju masyarakat adil dan makmur.
Seiring dengan perjalanan waktu dalam mengisi kemerdekaan bangsa ini dirongrong oleh berbagai gangguan baik dari dalam maupun luar negeri. Dari Luar negeri berupa agresi militer Belanda yang dibantu oleh Sekutu, dari dalam negeri berupa pemberontakan PKI Madiun, PRRI/PERMESTA, DI/TII, RMS dan G 30 S PKI, namun dengan semangat persatuan dan kesatuan NKRI tetap berdiri tegak yang berideologikan Pancasila sebagai dasar negara.
Kepada adik-adik saya, kita punya peluang untuk maju dengan dasar jangan sampai kita hancur karena masalah moralitas, sumber daya harus didayagunakan dengan cara yang benar, contohnya negara Jepang di mana negara matahari terbit tersebut mempunyai area yang sangat terbatas daratannya 80% berupa pegunungan dan tidak cukup untuk pertanian dan peternakan tetapi saat ini Jepang menjadi raksasa ekonomi nomor dua di dunia. 80 % mobil yang berjalan di dunia adalah buatan Jepang. Setelah dipelajari Jepang bisa maju karena membiasakan hidup disiplin, mengembangkan mental, melatih tanggung jawab, membiasakan hidup dengan aturan.
Sekarang para peserta MPLS telah mengetahui kita punya semua potensi untuk maju, sikap dan mental seperti apa yang bisa mendukung kita menjadi bangsa yang maju. Sebagai penerus bangsa, sudah semestinya harus bersyukur memiliki kekuatan besar yaitu “Pancasila”.
Pancasila sebagai perekat bangsa untuk menuju manusia Indonesia yang bermoral, di mana dalam setiap silanya telah tertuang mulai dari cara beragama tertuang dalam sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, berinterkasi dengan sesama manusia tertuang pada sila kedua Kemanusian Yang Adil Dan Beradab, cara bernegara tertuang pada sila ketiga Persatuan Indonesia, cara berdemokrasi tertuang dalam sila keempat Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan) dan guna mencapai tujuan nasional telah tertuang pada sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
“Saya harapkan kepada adik-adik peserta MPLS agar dalam pengamalan kelima sila Pancasila tersebut selalu menjaga kerukunan dan toleransi antar umat beragama, dengan mengakui persamaan hak, derajat dan kewajiban masing masing, memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berbhinneka tunggal Ika, mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama dan mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencerminkan suasana kekeluargaan dan gotong royong,”Kata Dandim Badung.
“Saya ingatkan kembali marilah kita sebagai generasi penerus peduli terhadap bangsa ini maka dengan peduli akan bangsa ini kita akan bisa menjawab dan menghadapi tantangan zaman dengan berbagai bentuk ancaman dan cobaan “Jaga ke Indonesian kita dengan tidak menghilangkan hal fundamental yang terbaik dari bangsa kita yaitu Pancasila, kebhinekaan, semangat persatuan, toleransi kesantunan pluralisme dan kemanusiaan di mana hal inilah yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.”Tambahnya.
Sementara itu pihak SMA Negeri 2 Denpasar yang dalam hal ini diwakili oleh Wakil Kepala Sekolah Made Oka Satria mengucapkan terima kasih atas apa yang dipaparkan oleh Dandim 1611/Badung.
Menurutnya kegiatan wawasan kebangsaan tersebut dapat menambah pengetahuan dan kecintaan kita kepada bangsa dan negara, terutama untuk peserta masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di sekolah SMAN 2 Denpasar sehingg dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.(*)